HOME | CONTACT US | ABOUT
Always On:

Tauriyah Dalam Pembicaraan Pernah Dilakukan Rasulullah SAW dan Nabi Ibrahim a.s

Diantara hal yang telah ditetapkan di dalam Islam ialah bahwa “perang adalah tipu daya”. Tipu daya di sini maksudnya adalah memperdaya dan mengelabui musuh dalam perang.
Tipu daya atau pengelabuan memiliki banyak bentuk, diantaranya ialah tauriyah dalam pembicaraan. Tauriyah berasal dari kata kerja warraa artinya menyembunyikan. Maksudnya pembicara mengucapkan satu perkataan sedangkan yang dimaksudkannya adalah salah satu makna yang terkandung di dalam perkataan tersebut tetapi makna ini tidak biasanya difahami secara langsung oleh pendengarnya.
Pernah di awal kisah peperangan Badar Rasulullah Muhammad SAW menjawab pertanyaan orang yang menginformasikan kepadanya tentang perjalanan kaum Quraisy dan kaum muslimin. Saat itu orang tersebut bertanya kepada Nabi SAW “Dari siapa kalian berdua?” Nabi Muhammad SAW menjawab “Kami dari air”. Setelah Nabi SAW beranjak pergi orang itu lalu berkata “Tidak ada yang datang dari air. Apakah dari mata air Irak?”
Maksud Nabi Muhammad SAW ialah bahwa Allah menciptakannya dari air sebagaimana disebutkan di dalam firmanNya “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air (QS An Nur ayat 45) dan firmanNya “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Mursalat ayat 20).
Tauriyah (pemakaian bahasa yang mengandung bias bagi pendengarnya) terhadap musuh adalah boleh bahkan dianjurkan atau kadang-kadang menjadi wajib jika bisa menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kezaliman terhadap kaum muslimin.

Termasuk tauriyah adalah apa yang diucapkan Nabi Ibrahim a.s ketika ia berjalan bersama kaumnya dan ingin kembali menghancurkan berhala-berhala dengan suatu trik. Firman Allah di QS Ash Shaffat ayat 88-99 “Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata `Sesungguhnya aku sakit` lalu mereka berpaling darinya dengan membelakang.
Sebenarnya Nabi Ibrahim tidak sakit secara fisik yang menyebabkannya tidak bisa bergerak dan berjalan karena tidak lama kemudian terbukti ia mampu menghancurkan berhala-berhala dengan pukulan-pukulan kuat yang menghancurleburkan berhala-berhala batu yang keras itu, sebagai mana disebutkan dalam firmanNya “Maka ia membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong” (QS Al Anbiya ayat 58)
Contoh lainnya seperti riwayat yang tercantum dalam Shahih Al Bukhari dari Nabi Muhammad SAW , bahwa pada suatu hari Nabi Ibrahim a.s berjalan bersama Sarah mendatangi salah seorang penguasa tiran. Lalu salah satu pengawal sang tiran berkata “Orang ini datang bersama wanita yang paling cantik”. Kemudian penguasa itu mengirimkan utusan dan menanyakan “Siapakah wanita ini?” Nabi Ibrahim a.s menjawab “Saudara perempuanku”. Kemudian Nabi Ibrahim mendekati Sarah dan berkata “Wahai Sarah, diatas permukaan bumi ini tidak ada orang beriman kecuali aku dan kamu. Penguasa itu bertanya kepadaku lalu aku memberitahukannya bahwa kamu adalah saudara perempuanku maka janganlah kamu mendustakan aku”.
Termasuk bahasa Tauriyah adalah jawaban Abu Bakar Ash Shiddiq r.a kepada salah seorang yang bertanya kepadanya tentang orang yang berkendaraan di depannya ketika berhijrah ke Madinah, yakni Nabi Muhammad SAW. Kemudian Abu Bakar menjawab “Orang yang menunjuki jalanku”. Penanya memahami makna yang tidak dimaksudkan oleh Abu Bakar r.a, sedangkan yang dimaksudkan Abu Bakar bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang menunjuki jalannya kepada kebaikan dan syurga. Penanya memahami bahwa orang tersebut adalah penunjuk jalan.
Demikianlah tauriyah dalam pembicaraan dengan musuh adalah dibolehkan, bahkan islam lebih jauh membolehkan bagi seorang muslim untuk melakukan tauriyah dalam sumpahnya apabila sumpah itu diminta oleh musuh atau orang zalim sedangkan dia mengkhawatirkan jiwanya atau kebinasaan orang lain dari kalangan kaum muslimin.
Abu Dawud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dengan sanadnya dari Suwaid bin Hanzhalah, ia berkata “Kami keluar hendak bermaksud menemui Rasulullah SAW , kemudian Wa`il bin Hajar salah seorang anggota romongan kami ditangkap musuh sehingga orang-orang merasa berkeberatan untuk bersumpah, tetapi aku bersumpah bahwa dia adalah saudaraku lalu ia pun dibebaskan. Kemudian kami datang kepada Rasulullah SAW lalu memberitahukannya bahwa orang-orang berkeberatan untuk bersumpah tetapi aku bersumpah bahwa dia adalah saudaraku, kemudian Nabi SAW bersabda “Kamu benar, orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain”.
Setelah menyebutkan hadits ini, Ibnu Qudamah berkata “Tindakan ini dan yang semisalnya adalah wajib karena menyelamatkan orang yang terlindungi adalah wajib”

No comments:

Post a Comment